Merakit Kerangka Integrasi Bangsa Melalui Kerukunan Umat Beragama
Pluralisme
di Indonesia, membuat setiap warga negara berusaha keras menjaga
kerukunan hidup antar umat beragama. Beban ini kian berat di sisi lain,
bangsa Indonesia yang berbeda-beda secara ras dan agama, rentan
mengalami perpecahan bila semua warga negara tak menjaga persatuan dan
kesatuan.
Pada Sabtu, (22/3) lalu DPP LDII menggelar Focus Group Discussion
mengenai kerukunan antar umat beragama. Tema ini terbilang klasik namun
tetap menarik perhatian. Sebab, ketika bangsa lain kagum terhadap
prestasi Indonesia menjaga keberagaman, namun di dalam negeri, selalu
terjadi kasus perusakan tempat ibadah dan pemaksaan antara satu agama
dengan agama lain. Meskipun secara garis besar, tidak mempengaruhi
persatuan bangsa.
Untuk meminimalkan pertentangan antar umat beragama DPP LDII terus
membina komunikasi lintas agama dan di internal umat Islam sendiri,
"Tugas besar kita adalah bagaimana membangun komunikasi antar umat
beragama dan memelihara sikap empati dengan sesama sejak dini karena
dasar manusia diciptakan dengan sikap empatinya," ujar ketua DPP LDII
Chriswanto Santoso.
Chriswanto berpendapat adanya ideologi barat yang dibawa oleh
orang-orang yang seakan-akan ideologi Indonesia sama dengan yang lain.
Padahal Indonesia berbeda karena 'Kebhinekaannya', yang justru dengan
keberagamannya menjadi modal utama untuk untuk maju. “Pokok persoalan
muncul ketika sikap toleransi rendah, agama yang seringkali dijadikan
pengalihan isu, fanatisme berlebihan, dan kesenjangan ekonomi,” kata
Chriswanto.
Pendeta Martin Lukito Sinaga menambahkan bahwa manusia sekarang ini butuh perdamaian karena banyaknya konflik akibat pengerasan politik identitas. Politik identitas ini, apabila dijadikan alat eksklusivitas, tidak akan membawa kebaikan
apalagi perdamaian. Agama yang ingin identitasnya maju, tidak harus
mengubah tatanan hidup. Disinilah pentingnya ukhuwah. Yang mana melewati
proses Ta'aruf(Pendekatan), Tafahhum(Memahami) dan Takafful(Empati).
Menurut Chriswanto, ukhuwah perlu dikuatkan dengan adanya komunikasi,
tata krama yang sesuai dengan adat ketimuran, kepercayaan dan
pengendalian emosi. Dengan demikian, kerukunan tercipta di Indonesia
tanpa harus kehilangan jati diri Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Adanya kerukunan umat beragama ini diwadahi oleh Forum
Kerukunan Umat Beragama(DKI Jakarta) yang diketuai oleh Prof. Dr. Ahmad
Syafi'i Mufid. Sesuai dengan tema FGD, Syafi'i menyampaikan makalah
yang berjudul "Agama Sebagai Faktor Pemersatu Bangsa : Peran FKUB Dalam
Integrasi Nasional". Dalam makalah tersebut dipaparkan, bagaimana
kerukunan antar umat beragama dibangun antara lain untuk mencegah
konflik sosial yang mengancam integrasi bangsa.
"Manusia berbeda secara substansi, tinggal bagaimana kita menerima
perbedaan tersebut. Pengaplikasiannya, kita harus bisa menghargai
perbedaan akal dan pikiran", ujar Syafi'i. Syafi'i berharap kepada LDII
untuk terus komitmen dalam berdakwah menerapkan kerukunan umat beragama.
Melalui FGD diharapkan juga bukan hanya sebagai diskusi permasalahan,
namun membahas bagaimana penyelesaian permasalahan-permasalahan
ketidakrukunan di Indonesia.
LDII, sebagai organisasi kemasyarakatan berbasis agama Islam, sangat
menjunjung kerukunan umat beragama dan kesatuan NKRI yang bertujuan
meningkatkan peradaban hidup, harkat serta martabat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Serta mendukung terwujudnya
masyarakat madani yang demokratis, berakhlak mulia, sadar akan harga
diri bangsa dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. (Noni/Foto: Ayu/LINES), sumber : ldii.or.id
Merakit Kerangka Integrasi Bangsa Melalui Kerukunan Umat Beragama
Reviewed by LDII-GARUT
on
07.15
Rating:
Tidak ada komentar:
Comment