TIDAK BERBEDA SALAT WARGA LDII DENGAN KOMUNITAS UMAT ISLAM
Tidak Berbeda Shalat Warga LDII
dengan Komunitas Umat Islam
|
Selasa, 21 Juni 2011 09:52
|
MEDAN, Ketua Umum DPP Lembaga
Dakwah Islam Indonesia (LDII) Prof Dr Ir KH Abdullah Syam MSc mengatakan,
hubungan antara LDII dengan umaro (pemimpin) dan ulama dimana saja berjalan
cukup baik.
"Jikapun ada pihak-pihak yang
tidak menyukai LDII dengan menyebarkan isu, fitnah hingga tuduhan LDII
sebagai aliran sesat, karena ada kecenderungan kecemburuan sosial. Sebab,
dalam sistem pendidikan di Pondok-pondok pesantren (Ponpes) di bawah naungan
LDII, kurikulumnya sangat jelas," katanya ketika menerima kunjungan
silaturahmi "Muhibbah Tabayyun" 3 ulama Medan bersama wartawan di
Sekretariat DPP LDII kawasan Senayan Jakarta, Rabu (15/6).
Ketiga ulama utusan MUI Medan itu
masing-masing Ketua Komisi Dakwah dan Luar Negeri KH Zulfiqar Hajar,
Penasihat MUI Medan yang juga Ketua Umum Majelis Dzikir Tazkira Sumut KH
Amiruddin MS dan anggota MUI Medan yang juga dosen Fakultas Kedokteran USU
Drs H Amhar Nasution MA. Sedangkan turut mendampingi mereka Ketua DPW LDII
Sumut Ir H Agus Purwanto, Qari Muhammad Syafii Ssos dan seorang wartawan.
Sedangkan Ketua Umum DPP LDII H
Abdullah Syam didampingi sejumlah pengurus teras masing-masing Ir H
Chriswanto Santoso MSc, H Sobar Widianda, H Mhd Siddiq Waskita, H Aceng
Komarullah, H Ahmad Kuncoro, H Tri Gunawan, Rio Sidauruk dan Hari Sumiarta.
Menurut H Abdullah Syam, sejak
dahulu warga LDII tetap berpegang teguh kepada Alquran dan Sunnah Rasulullah
SAW serta mempedomani keputusan ulama.
Karena itu, ujarnya, adanya isu,
tudingan, fitnah hingga tuduhan LDII merupakan aliran sesat sama sekali tidak
benar.
"Dalam pendidikan di Ponpes
yang kita bina, para santri-santriwati diajar tentang Alquran dan tafsirnya.
Begitu juga mempelajari hadits-hadits Nabi Muhammad melalui
"Kutubussittah" (6 kitab yang masyhur dan muktabar). Jadi, setiap
ada kunjungan ulama atau siapa saja ke Ponpes-ponpes kita selalu ajak mereka
untuk melihat langsung perpustakaan yang kita miliki dengan buku-buku dan
kitab-kitab yang lengkap," jelasnya.
"Saat ini kita menguatkan
pendidikan kejuruan ke pasar Australia. Apalagi, umat Islam di negara itu
sangat ‘haus’ pelajaran tentang agama Islam," tambahnya.
Sebelum bersilaturahmi ke pengurus
DPP LDII, rombongan ulama Medan terleih dahulju bersilaturahmi ke pengurus
DPW LDII Jawa Timur (Jatim) di sekretariatnya bagaikan gedung bank berlantai
3 di Jalan Gayungan Surabaya Selatan.
Dalam kunjungan silaturahmi
"Muhibbah Tabayyun" untuk cek dan ricek dan melihat secara langsung
aktivitas warga LDII di Jatim, rombongan ulama diterima secara persaudaraan
oleh Ketua DPW LDII Jatim Ir H Chriswanto Santoso MSc didampingi pengurus
lain Ir H Samiyono MM, H Hasan Yuswadi dan Bambang Raditya SE MM (unsur wakil
ketua), Ir H Dedid Cahya H MT (sekretaris), H Ali Zuhdi SH (bendahara yang
juga anggota MUI Jatim) dan Ir H Maun MM (wakil bendahara).
Dalam pertemuan itu, Ketua LDII
Jatim H Chriswanto sangat bergembira dan berterimakasih atas kunjungan
"Muhibbah Tabayyun" ulama dari Medan. Sehingga, semuanya akan
semakin jelas, apakah benar LDII sebagai aliran sesat atau tidak sama sekali.
Dalam hal ini pimpinan rombongan
KH Zulfiqar Hajar merasa salut atas penyambutan yang sangat baik dari
pengurus LDII Jatim. Ini menunjukkan LDII mengaplikasikan dan mengamalkan
hadits Nabi Muhammad SAW yang maknanya:" Siapa-siapa yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia dapat memuliakan tamu".
Setelah itu, rombongan mengunjungi
Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah Kediri dan Ponpes Gadingmangu Jombang.
Dari kunjungan kedua Ponpes besar
dan pusat pendidikan, khususnya di Ponpes Wali Barokah Kediri yang memiliki
Masjid Baitul A’la dengan menara "Asmaul Husna" setinggi 99 meter
(23 lantai), rombongan merasa kagum dengan kedisiplinan, kekompakan, keakraban,
kerukunan dan persatuan di antara warga LDII serta kebersihan yang senantiasa
dijaga. Sehingga, mereka menerapkan "batas suci", khususnya hendak
masuk ke masjid.
Dalam beribadah, khususnya salat
wajib tidak terjadi perbedaan secara mendasar dalam melaksakan 13 rukun
shalat, meskipun secara "fur’iyyah" sedikit berbeda. Misalnya,
mereka tidak menjaharkan (menjelaskan) bacaan "Basmallah", tetapi
"disirkan". Begitu pula tidak membaca doa qunut saat Salat Subuh.
Tetapi, mereka mau mengangkat tangan saat KH Zulfikar Hajar memimpin doa.
Begitu juga mereka setiap malam
Salat Tahajjud dan membaca Alquran menjelang salat wajib dilaksanakan serta
mempelajari tafsir Alquran, kitab-kitab hadits muktabar, yakni Kutubussittah
yang lengkap tersedia di perpustakaan.(analisadaily.com), sumber : www.mui.or.id
|
TIDAK BERBEDA SALAT WARGA LDII DENGAN KOMUNITAS UMAT ISLAM
Reviewed by LDII-GARUT
on
18.16
Rating:
Tidak ada komentar:
Comment