HAKEKAT MUDIK SEBAGAI PERWUJUDAN SILATURRAHIM

Salah satu tradisi yang sudah lama berkembang di Indonesia, setiap menjelang Lebaran Iedul Fitri, adalah pulang kampung atau lebih dikenal dengan sebutan ‘MUDIK’. Tujuan utama mudik adalah bersilaturrahim dengan sanak saudara setelah selama satu tahun tidak bertemu, bertegur sapa dan berbagi pengalaman dan rezki. Sebuah tradisi yang baik, ketika diajarkan oleh Al-Quran untuk bertebaran di muka bumi dalam dalam mencari keutamaan, rizki dan keridoan Ilahi sebagaimana dijelaskan pada Surat Al-Jumu’ah; “Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian disuruh untuk melaksanakan shalat jum’at, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik jika kamu mengetahui”. Pribahasa, Setinggi-tinggi terbang bangau akan kembali ke kubangannya, sangat tepat karena tujuan mulia tersebut.


Walaupun mungkin ada juga yang bertujuan, mudik itu untuk memperlihatkan sebuah keberhasilan selama berada di pengembaraan.


Bila kita amati sepuluh hari atau seminggu sebelum lebaran tiba, di terminal bis, stasiun kereta api, pelabuhan bahkan bandara sudah mulai dipadati para pemudik. Bahkan yang sedang ‘trend’ sekarang ini adalah mudik dengan kendaraan roda dua. Sungguh merupakan pemandangan yang pasti akan memberikan makna bagi pemudik dan bagi kita yang menyaksikan, ribuan motor tiap hari konvoi dijalan raya, ada yang berlalu lintas dengan tertib, ada yang ugal-ugalan, ada yang diliputi kebahagiaan karena bisa mudik dengan berbagai keberhasilan dan tidak sedikit yang dihantui rasa penyesalan karena sewaktu mudik tidak membawa apa-apa.

Mereka ada yang sampai di kampung halaman dengan sambutan yang hangat dari keluarga dan sanak saudara. Ada pula yang pulang dengan tangan hampa, karena sewaktu berada di rantau kerjanya hanya berleha-leha, santai dan tidak ingat bahwa di kampung halaman sudah ditunggu dengan keluarga. Bahkan ada yang tragis, sebelum sampai ke kampung halaman, karena tidak berhati-hati sudah terjadi kecelakaan di jalan. Ada pula yang begitu sampai ke kampung halamannya sudah siap petugas kepolisian untuk menangkapnya.
Fenomena mudik ini, sudah sepatutnya kita resapi makna yang terkandung didalamnya. Mengingat, kita semua pada akhirnya pasti harus M U D I K ke akhirat.

“Sesungguhnya kita berasal dari Allah dan akan kembali kita kepada Alloh SWT”

Rasul pun menjelaskan :“Jadilah kamu di dunia ini seakan menjadi orang asing atau sedang mengembara”, mengapa? Karena ,“Mati itu bagaikan pintu, dan seluruh manusia akan memasuki pintu kematian” Demikian Rasul SAW menjelaskan.

Proses mudik ke akhirat dimulai dengan sakaratul maut, yang dijelaskan oleh Nabi SAW merupakan ujian yang sangat berat dan menyakitkan. Oleh karena itu setiap selesai shalat lima waktu kita selalu berdo’a ;

“Yaa Allah, berikan kepada kami kesempatan untuk bertaubat sebelum datangnya maut, diberikan rahmat ketika maut dan diberikan ampunan setelah maut, mudahkanlah kami dalam mengahadapi syakaratul maut, di hindarkan dari jilatan api neraka, dan di maafkan ketika kami di hisab”

Bila ujian pertama ini lulus maka ujian-ujian berikutnya sudah dipastikan akan lancar.

Setelah mengalami proses syakaratul maut dan kita transit di alam barzakh atau alam kubur, kita secara bersama-sama saat sangkakala ditiup untuk yang kedua kali kita akan memasuki alam akhirat, ruh kita yang pernah meninggalkan jasad akan dipertemukan kembali walau dalam bentuk lain sesuai amal yang kita lakukan akan dipertemukan kembali dengan jasad kita.

“Dan apabila jiwa-jiwa itu dipertemukan kembali dengan jasad-jasadnya”
Disaat itulah gambaran nyata keberhasilan pengembaraan kita selama di dunia ini akan kita lihat dan kita rasakan pahala atau siksanya.
“Barang siapa yang beramal kebaikan walau sebesar molekul akan bisa kita lihat, dan barang siapa yang melakukan kejelekan akan kita lihat pula walau sebesar molekul”

Allah Subhanahu Wata’ala menggambarkan kondisi manusia saat itu antara lain di Surat As-Sajdah ayat 12-14 “Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukan kepalanya dihadapan Tuhannya, (mereka berkata), “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia, kami akan mengerjakan amal shaleh, sesungguhnya kami orang-orang yakin”.

Sungguh suatu penyesalan yang tiada berarti karena ‘Nasi sudah menjadi bubur’. Bahkan di Surat Al-Insyiqoq ayat 11-15 Allah SWT menggambarkan keadaan orang-orang yang celaka tersebut;” Sesungguhnya orang-orang yang didatangkan buku catatan amalnya dari belakang. Mereka akan berkata, ‘Celakalah kami’. Dan mereka dilemparkan ke neraka yang apinya menyala-nyala. Sebab mereka (ketika di dunia ) bersama konco-konconya hanya bersuka ria. Benar demikian, sesungguhnya Tuhan mereka melihatnya”
Kehidupan seterusnya bagi orang-orang yang berdosa digambarkan di surat Az-Zumar ayat 71-75;” Orang-orang kafir dibawa ke neraka jahannam berombongan, sehingga apabila mereka telah sampai ke neraka itu dibukakan pintu-pintunya, dan berkata kepada mereka penjaga-penjaganya,”Apakah belum pernah datang kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu tentang pertemuan hari ini?”. Mereka menjawab: “Benar (telah datang)”. Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang kafir”
Sedangkan makanan bagi mereka di dalam neraka digambarkan dalam Surat Ad-Dukhon 43-50

: “Sesungguhnya pohon Zaqqum itu, makanan orang-orang berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih didalam perut. Seperti mendidihnya air yang sangat panas”. Diayat lain Allah SWT melukiskan buah Zaqqum itu bagaikan kepala syetan…………………………. Nauzu Billahi Min Zalik.
Sebaliknya bagi mereka yang ketika di dunia banyak berbekal amal ketaqwaan ( Berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah Taqwa), sejak syakaratul maut hingga dibangkitkan memperoleh perlakuan yang sangat istimewa. Syakaratul mautnya tenang, di alam kuburnya bahagia dan ketika dibangkitkan penuh keyakinan dengan wajah yang berseri-seri.
Hal ini di jelaskan di Surat Al-Insyiqoq ayat 6-10: “Hai manusia, sesungguhnya engkau telah bersungguh-sungguh dalam menuju (keridloan) Tuhanmu. Maka engkau akan menemuinya. Maka barangsiapa yang memperoleh buku catatan amalnya dengan tangan kanan. Maka mereka akan dihisab dengan hisaban yang sangat mudah. Dan Mereka akan dikembalikan kepada keluarganya dengan suka cita”. Kehidupan mereka didalam surga begitu menawan. Hal ini dilukiskan di Surat Ad-Dukhon 51-55.

Yang harus jadi renungan kita baik yang mudik ataupun tidak saat ini adalah Ketidak berhasilan mudik ke kampung halaman lebaran tahun ini masih bisa kita usahakan di tahun mendatang, kalau masih ada umur. Tapi kegagalan mudik ke akhirat adalah kegagalan yang abadi, karena kesempatan hidup di dunia ini ‘Demi Allah’ Hanya satu kali. Oleh karena itu agar kita selamat di dunia dan akhirat, mudik kita ke alam baqa sukses, Al-Quran telah memberi tuntunan yang sangat jelas antara lain di Surah Al-Munafiqun ayat 10: “Dan belanjakanlah sebagian daripada yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu, lalu berkata: ”Ya Tuhan kamu, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan kami dapat bersedekah dan akan termasuk orang-orang yang saleh”
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Alloh SWT dalam Al-Quran Surat Ali Imran ayat 133-135,:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik dikala lapang maupun dikala sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri , mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui”.
Kondisi bangsa kita saat ini sedang dalam keprihatinan yang mendalam, krisis berkepanjangan, bencana terjadi dimana-mana dan dampak kenaikan harga BBM telah melipat gandakan jumlah orang miskin. Rasanya saat yang tepat bagi kita untuk berbagi kebahagiaan dengan mereka melalui Zakat, infaq dan Shadaqoh. Melalui aktifitas kita yang menekan bahkan menghapus setiap perilaku yang akan merugikan negara dan masyarakat seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Kita yakinkan “DEMI ALLAH” kita akan mati dan akan dihisab segala amal dan perbuatan kita. Lebih-lebih setelah dilatih di ‘Kawah candradimuka amadan” mudah-mudahan ketaqwaan kita dan kepekaan sosial serta rasa solidaritas kita semakin meningkat. Amiin.
http://www.depsos.go.id
HAKEKAT MUDIK SEBAGAI PERWUJUDAN SILATURRAHIM HAKEKAT MUDIK SEBAGAI PERWUJUDAN SILATURRAHIM Reviewed by LDII-GARUT on 19.04 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Comment

Comments

ads
Diberdayakan oleh Blogger.