Merapi Meletus JK: Sulit Relokasi Korban Merapi
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum PMI Pusat Jusuf Kalla mengatakan, relokasi penduduk korban erupsi Gunung Merapi sulit dilakukan. Langkah yang mungkin adalah relokasi terbatas, dalam arti menambah jarak tempat tinggal mereka dari gunung berapi tersebut.
"Untuk relokasi total ya sangat sulit karena tidak mudah mencari tempat di Jawa yang sudah demikian padat penduduknya. Langkah yang mungkin ya memindahkan penduduk yang semula jaraknya 5 km menjadi 10 km dari Merapi, ini masukan saya," kata JK dalam konferensi pers di DPP LDII Jalan Patal Senayan, Selasa (9/11/2010) malam ini.
Menurutnya, program transmigrasi kini juga kurang menarik, di samping keengganan penduduk Merapi meninggalkan tanah mereka yang subur. "Kalau mereka tidak mau direlokasi seperti itu, ya pemerintah harus tegas atau harus memaksa mereka demi menyelamatkan nyawa. Ini bila cara persuasif dan edukasi tidak mempan lagi," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII Kyai Haji Abdullah Syam mengatakan, pemerintah memang akan mengalami kesulitan untruk memindahkan seluruh masyarakat di lereng Merapi karena ada keterikatan emosional yang kuat di antara mereka dan Merapi. "Bagaimana caranya memindahkan orang yang sudah turun-temurun tinggal di daerah tersebut. Mereka kan mencari makan di lereng Merapi," tegasnya.
Menurut Abdullah Syam, perlu kearifan lokal dan harus melibatkan tokoh masyarakat jika pemerintah terus memaksakan kehendaknya untuk melakukan relokasi terhadap masyarakat di lereng Merapi. "Selain tegas, pemerintah juga harus melibatkan tokoh yang disegani di masyarakat di sekitar lereng Merapi agar mereka mau dipindahkan. Dan pemerintah juga harus benar-benar memberikan kompensasi yang jelas, tidak mengumbar janji melulu," tambahnya.
LDII sendiri, menurut Abdullah Syam, telah menyediakan sarana dan prasarana yang dimilikinya di daerah bencana sebagai tempat pengungsian. "Ada beberapa masjid dan aula milik LDII yang kita jadikan sebagai tempat pengungsian di daerah bencana, seperti di Pondok Pesantren LDII, Mulungan Wetan, Sinduadi, Mlati, Sleman, dan Pondok Pesantren Almadinah, Jogonalan, Klaten," lanjutnya.
"Untuk relokasi total ya sangat sulit karena tidak mudah mencari tempat di Jawa yang sudah demikian padat penduduknya. Langkah yang mungkin ya memindahkan penduduk yang semula jaraknya 5 km menjadi 10 km dari Merapi, ini masukan saya," kata JK dalam konferensi pers di DPP LDII Jalan Patal Senayan, Selasa (9/11/2010) malam ini.
Menurutnya, program transmigrasi kini juga kurang menarik, di samping keengganan penduduk Merapi meninggalkan tanah mereka yang subur. "Kalau mereka tidak mau direlokasi seperti itu, ya pemerintah harus tegas atau harus memaksa mereka demi menyelamatkan nyawa. Ini bila cara persuasif dan edukasi tidak mempan lagi," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII Kyai Haji Abdullah Syam mengatakan, pemerintah memang akan mengalami kesulitan untruk memindahkan seluruh masyarakat di lereng Merapi karena ada keterikatan emosional yang kuat di antara mereka dan Merapi. "Bagaimana caranya memindahkan orang yang sudah turun-temurun tinggal di daerah tersebut. Mereka kan mencari makan di lereng Merapi," tegasnya.
Menurut Abdullah Syam, perlu kearifan lokal dan harus melibatkan tokoh masyarakat jika pemerintah terus memaksakan kehendaknya untuk melakukan relokasi terhadap masyarakat di lereng Merapi. "Selain tegas, pemerintah juga harus melibatkan tokoh yang disegani di masyarakat di sekitar lereng Merapi agar mereka mau dipindahkan. Dan pemerintah juga harus benar-benar memberikan kompensasi yang jelas, tidak mengumbar janji melulu," tambahnya.
LDII sendiri, menurut Abdullah Syam, telah menyediakan sarana dan prasarana yang dimilikinya di daerah bencana sebagai tempat pengungsian. "Ada beberapa masjid dan aula milik LDII yang kita jadikan sebagai tempat pengungsian di daerah bencana, seperti di Pondok Pesantren LDII, Mulungan Wetan, Sinduadi, Mlati, Sleman, dan Pondok Pesantren Almadinah, Jogonalan, Klaten," lanjutnya.
Merapi Meletus JK: Sulit Relokasi Korban Merapi
Reviewed by LDII-GARUT
on
00.50
Rating:
Tidak ada komentar:
Comment